Masa kanak-kanak di desa
ketika berlari di permatang sawah
di celah pohon gajus dan senduduk
dibawa ke kota
bersama waktu
dia meniti usia
di ruang debu dan asap
di celah-celah rumah pangsa
di belakang pencakar langit
dia tidak minta dihina
dia tak minta dipuji
walaupun sepuluh lelaki melintas di depannya
menghamburkan kata: jelita sungguh gadis ini!
dia cuma minta hidup bebas
dan sedikit bahagia
bersama insan tercinta.
Detik peralihan bermula
desir angin Timur menusuk kalbu
dia dituntut akur kehendak si bapa dan si ibu
menemukan jodohnya dengan si tua
si suami kaya beristeri dua
dibaca dan ditafsir dirinya
katanya: "saya belum dewasa!"
kata bapanya: "dewasa manusia bukan pada usia."
kata ibunya: "rumah tangga bermula pada baligh!"
tunduknya lesu terkenangkan cinta
si jejaka pengukir harapan
melamarnya untuk hari depan
di puncak impian
kini janji setia dihimpit keperitan
dia melangkah longkai
merungkai cinta semalam.
Demi ibu dan bapa tersayang
dia dinikahkan di timbunan air mata.
tatkala si isteri muda bangun pagi itu
dia melihat setompok darah
pada gaunnya yang putih
sebak hati dalam pilu
katanya: "diriku bukan milikku lagi!"
No comments:
Post a Comment